JAKARTA – Generasi milenial semakin banyak yang tertarik kuliah online. Hal ini terbukti dari jumlah calon mahasiswa baru Universitas Terbuka (UT) yang kini semakin diserbu lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat.
Proporsi mahasiswa baru di Kampus UT menunjukkan perubahan. Jika dulu mahasiswa baru didominasi pekerja dan yang berkeluarga, dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah lulusan SMA mulai banyak mendaftar.
Baca Juga: 10 Bidang Komunitas Paling Diminati, dari Pendidikan hingga Automotif
”Ini sebagai dampak kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi (TIK) di managenerasi milenial semakin friendly dengan internet dan kuliah online,” kata Rektor Universitas Terbuka Ojat Darodjat seusai Seminar Nasional dan Lokakarya 1 Abad NU dan Perguruan Tinggi NU di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/10/2018)
Ojat menjelaskan, pada masa pendaftaran maha siswa baru tahun ini, tercatat ada 75.000 calon mahasiswa baru mendaftar untuk kuliah di UT. Dari jumlah itu sekitar 75%-nya merupakan mahasiswa yang baru lulus SMA dan yang sederajat.
Menurut dia, data ini menjadi sinyalemen kepada UT bahwa terjadi pergeseran mahasiswa dari kalangan yang sudah bekerja dan berkeluarga ke generasi milenial. Selain itu generasi milenial juga melihat bahwa teknologi informasi bisa memangkas biaya pendidikan.
Sebagai gambaran, biaya kuliah satuan kredit semester (SKS) di UT itu rentangnya antara Rp35.000 hingga Rp60.000. Biaya kuliah bisa ditekan lantaran bahan ajar tidak menggunakan buku cetak, melainkan bisa diunggah ataupun diunduh secara gratis melalui internet.
”Sangat terjangkau bagi masyarakat karena bahan ajarnya di gital. Murah tapi bukan murahan,” katanya.
Baca Juga: 6 Hal yang Wajib Dilakukan Setelah Diterima di Perguruan Tinggi
Menurut Ojat, saat ini para generasi milenial ini juga mengubah peta jurusan mata kuliah. Guru-guru yang menjadi mahasiswa jurusan pendidikan guru sekolah dasar (SD) dan guru pendidikan anak usia dini (PAUD) memang masih mendominasi jumlah mahasiswa di fakultas keguruan. Namun kini generasi milenial berkontribusi untuk mengisi jurusan ekonomi, hukum, dan ilmu sosial politik yang dahulu sepi peminat.
Dia menjelaskan bahwa angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi baru 31,5%. Sementara 68,5% lulusan SMA tidak terserap masuk keperguruan tinggi. Jika semua kampus bisa menyediakan kuliah online, APK pendidikan tinggi bisa ditingkatkan lebih cepat.