JAKARTA - Menjalani puasa di negeri orang harus ekstra sabar. Maklum, musim dan waktu yang relatif berbeda dengan di Tanah Air menjadi kesulitan tersendiri. Hal ini juga dialami sejumlah mahasiswa yang harus menjalani Ramadan tahun ini di luar negeri.
Salah satu mahasiswa asal Gorontalo yang sekarang menetap di Jepang untuk mengenyam pendidikan di Universitas Hokkaido, Mohammad Fikri Pomalingo mengungkapkan bahwa salah satu kesulitan menjalani Ramadan pertamanya ini di Negeri Sakura tersebut adalah waktu puasanya yang jauh lebih panjang dari Indonesia.
"Di Indonesia saya menjalankan puasa hanya sekira 13 jam. Akan tetapi di Sapporo Jepang saya harus menjalankan puasa kurang lebih 18 Jam. Waktu imsak di Sapporo adalah sekira 1.36 dini hari. Dan waktu berbukanya adalah pukul 19.17. Hal ini dikarenakan, bulan Ramadan bertepatan dengan musim panas," ujar Fikri melalui surat elektronik kepada Okezone, belum lama ini.
Selain itu, kata Fikri, kesulitan lainnya yang harus dilalui kala menjalani puasa di Jepang adalah lingkungan yang tidak kondusif. Sebab, sebagian besar teman-teman mahasiswanya tidak berpuasa dan makan siang seperti biasa.
"Di situlah kadang saya merasa sedih. Sebenarnya bukan karena mereka makan, akan tetapi bau makanannya itu yang keluar dari microwave membuat saya harus bersabar. Belum lagi sepanjang musim panas banyak orang memutuskan untuk menggunakan pakaian-pakaian mini," imbuhnya.
Hal lain yang juga menjadi kesulitan menjalani puasa adalah lebih mudahnya untuk merasa kelaparan ketimbang kehausan, menu sahur dan berbuka yang seadanya, suasana terawih yang berbeda, serta menanti waktu sahur tanpa tidur.