Universitas Bern Ungkap Riset soal Produk Tembakau Alternatif, Begini Hasilnya

Saskia Adelina Ananda, Jurnalis
Senin 01 April 2024 11:26 WIB
Universitas Bern Ungkap Hasil Riset Tembakau Alternatif (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Prevalensi merokok merupakan masalah global yang harus segera diselesaikan dengan berbagai ragam solusi inovatif untuk menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik.

Salah satunya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan, sebagai opsi yang lebih efektif bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk beralih dari kebiasaan merokok.

Berdasarkan hasil riset Universitas Bern berjudul “Electronic Nicotine-Delivery Systems for Smoking Cessation” yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada Februari 2024, pemanfaatan produk tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok (abstinence) sebesar 21%.

Pemimpin riset dari Institute of Primary Health Care di Universitas Bern, Reto Auer, menjelaskan kajian ilmiah itu melibatkan berbagai interdisipliner, seperti bidang kedokteran keluarga, paru, toksikologi, kecanduan, dan epidemiologi dari lima universitas di Swiss.

Tujuan dari riset tersebut untuk mengetahui seberapa efektif produk tembakau alternatif digunakan dalam jangka waktu lama serta bagian dari konseling berhenti merokok secara intensif.

“Studi itu untuk membandingkan efektivitas, keamanan, dan toksikologi produk tembakau alternatif sebagai solusi berhenti merokok dibandingkan dengan metode lainnya,” kata Auer.

Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53%. Adapun tingkat keberhasilan berhenti merokok di kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif sekitar 32%.

Tercatat, Inggris dan Swedia telah berhasil menurunkan jumlah perokoknya berkat dukungannya terhadap penggunaan produk tembakau alternatif. Menurut laporan Office for National Statistic (ONS), proporsi perokok di Inggris pada tahun 2022 adalah 12,9% atau setara 6,4 juta orang.

Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun 2021 yang sekitar 13,3% atau setara 6,6 juta orang. Adapun Swedia menjadi negara bebas asap rokok pertama di Eropa dengan prevalensi merokok 5,16%, yang dari sebelumnya 11 persen pada tahun 2015.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia (Arvindo) Fachmi Kurnia Firmansyah, mengungkapkan Pemerintah Indonesia diharapkan juga memaksimalkan potensi produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokok.

“Kami berharap agar pemerintah Indonesia mau merujuk ke negara-negara yang telah berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai salah satu langkah menekan prevalensi merokok dan penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok,” ucapnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya