Ada Perintah Soeharto untuk Buya Hamka di Balik Kepopuleran Kata Ngabuburit, Begini Ceritanya..

Muhammad Fadli Rizal, Jurnalis
Kamis 06 April 2023 12:39 WIB
Ilustrasi ngabuburit (Foto Antara)
Share :

BANDUNG - Istilah ngabuburit semakin akrab di telinga setiap kali bulan suci Ramadhan tiba. Namun, tahukah Anda kalau kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda?

Menurut pakar bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Gugun Gunardi, kata ngabuburit dalam bahasa Sunda berarti 'ngalantung ngadagoan burit' atau bermain sambil menunggu waktu sore.

“Asal katanya dari ‘burit’, yaitu waktu sore, senja, menjelang azan Magrib, atau menjelang matahari terbenam,” kata Gugun dikutip dari laman Unpad.

 BACA JUGA:

Gugun mengatakan istilah ini kemudian digunakan masyarakat sebagai aktivitas untuk menunggu saat buka puasa di bulan Ramadan.

Banyak aktivitas bisa dilakukan masyarakat saat ngabuburit. Ragam aktivitas yang dilakukan bisa berupa bermain permainan tradisional, berjalan-jalan, berdagang, hingga melakukan aktivitas keagamaan.

Gugun menerangkan, istilah ngabuburit sebenarnya sudah ada sejak zaman Orde Baru, atau saat ulama Buya Hamka menjadi ketua umum pertama Majelis Ulama Indonesia pada 1975. Kala itu, ulama Buya Hamka mendapat arahan dari Presiden Soeharto untuk mengisi momentum ngabuburit dengan kegiatan keagamaan.

 BACA JUGA:

Menurut Gugun, hal ini tentunya bisa diterapkan kembali di masa kini, khususnya oleh para generasi muda.

“Generasi muda bisa melakukan ngabuburit dengan berdiskusi. Ini waktu yang bagus sehingga pengetahuan kita dapat bertambah dan juga terjalin silaturahmi,” ujar Gugun.

Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unpad Dr. Wahya, mengungkap saat ini ngabuburit sudah ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

 BACA JUGA:

Ia menuturkan proses penyerapan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia berawal dari ketidakadaan konsep kata yang sepadan untuk penggunaan sehari-hari di luar penutur bahasa Sunda.

Ada beberapa pertimbangan suatu kata bisa digunakan banyak penutur. Pertama, soal bunyi, apakah enak didengar atau tidak mengarah ke makna tertentu. Susunan kata juga dipertimbangkan, seperti apakah sesuai dengan susunan suka kata bahasa Indonesia atau tidak.

Pertimbangan selanjutnya adalah keringkasan, yakni kata itu tidak terlalu panjang saat diucapkan. “Dengan dasar ini tampaknya kata ngabuburit yang berasal dari bahasa Sunda diserap ke dalam bahasa Indonesia,” kata Wahya.

Kata ngabuburit diserap secara utuh ke dalam bahasa Indonesia tanpa pergeseran makna. Dengan kata lain, tidak ada perubahan makna saat kata tersebut digunakan ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Wahya hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa bahasa daerah dapat memperkuat kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

( Muhammad Fadli Rizal)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya