JAKARTA - Sebagai konten kreator pendidikan dan seorang lulusan dari Universitas Gadjah Mada, Danang Giri Sadewa kerap membagikan video yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya dunia perkuliahan.
Ia memiliki beberapa segmen dalam YouTube Channel miliknya seperti Campus Tour baik di Indonesia maupun luar negeri, beropini tentang dunia pendidikan Indonesia, berbincang dengan pelajar atau mahasiswa Indonesia, dan lainnya.
Seperti pada video yang diunggah kali ini, melalui segmen Self Improvement, Danang Giri membagikan pandangannya terkait IPK atau nilai yang dianggap berpengaruh besar sebagai penentu masa depan dalam dunia kerja.
Hal ini membuat banyak mahasiswa berlomba-lomba demi mendapatkan nilai IPK yang tinggi, dan hal tersebut sangat wajar terjadi.
Namun apakah IPK betul-betul menentukan karier di masa depan?
Sistem ranking dengan nilai sudah diterapkan sejak seseorang masuk ke dunia pendidikan. Biasanya, banyak siswa yang merasa was was jika akan menghadapi akhir semester, sebab mereka akan diberikan rapot nilai selama satu semester dan pastinya ranking dalam kelas.
Biasanya, siswa yang mendapatkan ranking rendah atau posisi terakhir akan dicap bodoh dan terkena marah orang-orang terdekat.
Sistem ranking sebetulnya bertujuan untuk memotivasi siswa agar bisa bersaing dengan teman-temannya.
Sehingga yang terjadi adalah siswa harus melakukan pekerjaan yang lebih berat yaitu belajar dengan jauh lebih tekun.
“Seperti pernyataan Andi Gunawan dalam buku yang ditulisnya, ‘sistem ranking itu adalah sistem yang tidak adil dan berbahaya bagi perkembangan konsep diri anak.
Jika sebuah kelas terdiri dari 40 anak, maka semakin rendah rankingnya, berarti semakin bodoh anak itu. Anak akan berpikir secara linear dan cenderung akan menerima kenyataan bahwa dia bodoh karena berada di ranking terbawah’,” jelas Danang.
Lanjut lagi, Danang mengatakan bahwa sistem IPK atau nilai adalah salah satu alasan terbesar banyak mahasiswa atau pelajar yang ingin mendapatkan nilai tinggi. Bahkan tidak jarang mahasiswa atau pelajar itu melakukan segala bentuk usaha seperti menyontek dan berbuat curang.
“Padahal hal tersebut jelas akan mencederai rasa ingin tahu dan konsep pendidikan itu sendiri,” tambahnya.
Sebetulnya terdapat beberapa hal yang lebih penting daripada hanya kemampuan akademik, antara lain networking, hard skill, dan soft skill.
Buat yang penasaran dengan penjelasan lebih detailnya, langsung aja cek videonya hanya di YouTube Channel Danang Giri Sadewa, ya!
(Natalia Bulan)