Bahas Perkembangan Teknologi 3d Printer, Atdikbud Canberra Pertemukan Peneliti Indonesia dan Australia

Tim Okezone, Jurnalis
Jum'at 25 Februari 2022 20:00 WIB
Foto: istimewa
Share :

Menurut Jay, yang juga Director of Swinburne`s Center for Sustainable Infrastructure, 3D printing merupakan teknologi printer tiga dimensi, dimana kita bisa membuat gambar tiga dimensi di komputer dan dicetak dalam wujud tiga dimensi. Teknologi ini menurutnya sudah diaplikasikan untuk membangun jembatan dan gedung di berbagai negara seperti di Inggris, Italia, China dan Australia sendiri.

Jay melihat sejak tahun 1960an produktifitas tenaga kerja industri konstruksi telah mengalami penurunan yang konsisten. Ketika industri manufaktur sudah menerapkan teknologi digital, penginderaan jauh, teknologi otomatisasi dan robotik, sebagian besar industri konstruksi masih melakukan pekerjaannya secara manual. Sehingga ketika sektor lainnya sudah masuk ke Industri 4.0, sektor konstruksi masih belum sampai sana.

“Ditemukannya teknologi 3D printing dapat mendorong transformasi pada industri konstruksi. Saya yakin penggunaan teknologi 3D printing dalam industri konstruksi akan meningkatkan akurasi dalam mewujudkan konstruksi yang rumit, meningkatkan produktifitas, dan mengurangi biaya tenaga kerja," jelas profesor yang mendalami kajian struktur beton ini.

Sementara dosen UI, Associate Prof. Sotya Astutiningsih, menyampaikan topik berjudul “3D Printing and Geopolymer Application in Indonesia”. Geopolymer adalah campuran beton dimana material semen digantikan oleh bahan sampingan seperti abu terbang, abu kulit padi, dan lain-lain, yang banyak mengandung silikon dan aluminium.

Menurut Sotya, Geopolymer sebagai bahan konstruksi lebih berkelanjutan dibanding semen biasa. Selain itu juga sebagai bahan bangunan, Geopolymer memiliki struktur yang lebih baik.

“Di Indonesia sendiri, teknologi 3D printer relatif masih baru. Kami di kampus masih menggunakannya dalam skala kecil atau skala laboraturium untuk membuat prototype. Namun begitu, saat ini sudah ada perusahaan start-up di Indonesia yang sukses menggunakan teknologi 3D printer untuk membuat bangunan rumah tapak tipe 36,” urai Sotya.

Tantangan penggunaan teknologi 3D printing di Indonesia adalah cuaca. Karena suhu yang panas menyebabkan semen menjadi cepat kering dan mengeras. Dan kalau hal ini terjadi didalam printer, maka akan sulit untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi bahan yang tepat untuk bisa membuat bangunan dengan teknologi 3D printing ini.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya