Pembinaan kepada mahasiswa, kata Syamsuddin, juga harus dilakukan. Mahasiswa yang kritis jangan dipandang sebagai musuh atau lawan. Selama ini, Syamsuddin mengatakan bahwa pimpinan UIN mengambil jalan pintas berupa pemberian skorsing dan pemecatan.
"Tindakan-tindakan begitu itu harus segera dihentikan dan kampus itu harus kembali ke khittoh sebagai lembaga pembinaan dan lembaga keilmuan," tukasnya.
Syamsuddin kemudian mengusulkan kepada rektor Hamdan agar mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan pikiran-pikiran mahasiswanya. Misalnya, kata dia, pihak kampus menyediakan mimbar bebas bagi mahasiswa.
"Katakanlah dalam satu minggu sekali mereka bebas menyampaikan pikiran-pikiran mereka, keluhan-keluhan, kritikan. Pimpinan kampus harus mendengarkan keluhan dan kritikan mereka," pungkas Syamsuddin.
Tak sampai di situ, pihak kampus juga harus mendorong mahasiswa dan dosen lebih kreatif. Misalnya, mereka didorong menulis artikel dan karya ilmiah di media massa, seperti koran dan jurnal yang terakreditasi, baik nasional maupun internasional.
"Dengan pemberian reward atau penghargaan dari Universitas, termasuk mereka yang memiliki keahlian tertentu seperti bela diri, para juara lomba nasional dan internasional," ujar Syamsuddin.
(Rani Hardjanti)