Sementara itu, pakar teknologi informasi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Ismail Fahmi merespons positif kebijakan pemerintah menggelontorkan beasiswa LPDP untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan mengirimkan sarjana strata satu (S-1) lulusan perguruan tinggi kebeberapa universitas terkemuka di dunia. Kendati demikian, dia melihat langkah masih kurang mendasar karena untuk peningkatan SDM seharusnya tidak hanya fokus ke mahasiswa, tapi juga harus menyeluruh di semua jenjang pendidikan, yaitu mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), hingga perguruan tinggi.
Di semua tingkatan jenjang ini sudah harus dikenalkan dengan teknologi 4.0. “Jadi pengajaran teknologi ini tidak ada putus dan berkesinambungan, dimulai dari SD, berlanjut ke SMP, terus ke SMA, hingga di PT. Terutama diajarkan untuk membuat program, bukan user aplikasi,” ujar dia kepada KORAN SINDO kemarin.
Senada, pakar new media Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Dandi Supria dia juga menilai positif langkah pemerintah tersebut. Namun, dia mengingatkan pemerintah membarengi penggelontoran dana dengan pengawasan ketat untuk menjamin kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dan penggunaan dana yang maksimal.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu meningkatkan infrastruktur didalam negeri sehingga ketika SDM berkualitas pulang dari studinya, keahlian yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal pula. Dia mencontohkan, alokasi anggaran untuk memperbaiki kondisi infrastruktur koneksi internet di Indonesia yang kecepatan serta lebar bandwithnya masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di Asia.
Dia juga mengingatkan, pada prinsipnya program pendidikan harus diarahkan kepada pembinaan karakter, bukan semata-mata mengejar gelar atau reputasi. Bila pendidikan karakter kemanusiaan sudah baik, pemanfaatan pendidikan tinggi akan lebih optimal. “Revolusi Industri 4.0 itu bukan hanya masalah teknologi eksakta maupun sistem informatika, namun mencakup segala aspek kemanusiaan”.
(Rani Hardjanti)