Ketiga, Bolstering (Mendukung Reputasi), dengan melibatkan media untuk memberikan berita yang lebih berimbang tentang manfaat kebijakan dan menampilkan testimoni pengguna untuk mengurangi kesan yang tidak menyenangkan, PT Kereta Commuter Indonesia dapat menunjukkan keberhasilan di bidang lain. Sebab, pembentukan Gapeka 2025 merupakan upaya untuk meningkatkan layanan lain, seperti membangun jalur baru, efisiensi waktu, dan lain sebagainya.
Dengan adanya kasus tersebut, Denial (Menolak Tanggung Jawab) tidak disarankan untuk digunakan, karena hanya akan menambah sentimen negatif dari publik. PT Kereta Commuter Indonesia harus menggunakan teknik Diminish, Rebuild, dan Bolstering sebagai bagian dari rencana komunikasi krisis berbasis SCCT dalam rangka mengatasi keluhan pengguna KRL terkait Gapeka 2025. Mengurangi ketidakpuasan masyarakat dan menjaga kepercayaan terhadap layanan KRL dapat dicapai melalui komunikasi yang terbuka, simpatik, dan berfokus pada solusi.
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya manajemen risiko yang efektif bagi perusahaan, terutama dalam menjaga kepatuhan terhadap regulasi yang ada, bersikap terbuka dan jujur kepada pelanggan, serta menggunakan teknik komunikasi yang tepat saat menghadapi krisis. Dengan langkah-langkah tersebut, dampak negatif terhadap perusahaan dapat diminimalkan, dan reputasi perusahaan dapat dipulihkan di masa depan.
Nada Shofiyah
Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi UPN VJ
(Feby Novalius)