Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

EBT Didorong Jadi Lokomotif Baru Menuju Swasembada Energi

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Sabtu, 07 Desember 2024 |21:35 WIB
EBT Didorong Jadi Lokomotif Baru Menuju Swasembada Energi
EBT Didorong Jadi Lokomotif Baru Menuju Swasembada Energi (foto: dok ist)
A
A
A

JAKARTA - Potensi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia masih terbuka sangat luas, meski energi fosil masih menjadi andalan. Hal ini terjadi karena produksi minyak bumi masih lebih kecil dibandingkan konsumsi masyarakat Indonesia.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung yang diwakili Kepala Balai Besar Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Harris dalam diskusi bertajuk 'Mampukah Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Jawa Barat Mendukung Kebutuhan Energi Nasional?' di Bandung, Jawa Barat,  Sabtu (7/12/2024).

Diskusi energi diselenggarakan Forum Komunikasi Alumni (FORKOMA) dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Teknik Geologi (FTG) Universitas Padjadjaran bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Inovasi Nuklir dan Energi Baru Terbarukan, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (PUSPINEBT ICMI) Organisasi Wilayah Jawa Barat.

Menurut Harris, saat ini pemenuhan kebutuhan energi di Tanah Air masih didominasi oleh sumber energi minyak dan gas (migas) dan batu bara sebesar 87%. Sedangkan EBT berkisar 13%. 

"Yang perlu dicermati penggunaan minyak sekitar 30% dari total energi nasional yang dipergunakan untuk sektor transportasi," ucap Harris. 

Sedangkan konsumsi minyak yang dibutuhkan sebesar 1,5 juta barel per hari. Padahal jumlah produksi nasional industri hulu minyak berkisar 600.000 barel per hari. 

Harris menambahkan, Indonesia tidak hanya mengimpor minyak tetapi juga LPG. "Apalagi kebutuhan LPG sudah tinggi," kata Harris, seraya mengimbuhkan sektor batu bara yang ketersediaannya masih puluhan tahun lagi dan produksinya mencapai 700 juta ton per tahun (100 juta ton dipergunakan di dalam negeri) tetapi sektor ini dianggap menimbulkan terjadinya emisi gas rumah kaca.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement