Keduanya melihat digitalisasi budaya sebagai upaya memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda melalui media yang relevan dan mudah diakses.
Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum., dan Novika Stri Wrihatni, M.Hum., dosen FIB UI, memperkenalkan program digitalisasi budaya, seperti komik cerita rakyat Sumba Barat dan animasi berbasis cerita dari Kitab Adiparwa (Foto: Dok UI)
Dari sisi sains-teknologi, Dr.-Ing. Ova Candra Dewi, S.T., M.Sc., dosen Fakultas Teknik UI, menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam setiap program pengmas. Ia menyebutkan bahwa inovasi teknologi yang ditampilkan di festival ini, seperti prototipe rumah lebah dan aplikasi geowisata, tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga diperluas penggunaannya.
“Kerja sama lintas disiplin dan kolaborasi dengan mitra eksternal sangat penting untuk keberhasilan program pengmas,” kata Dr. Ova.
Sementara itu, drg. Benso Sulijaya, Sp. Perio(K), Ph.D. dari Fakultas Kedokteran Gigi UI, menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam menangani isu kesehatan, khususnya masalah stunting di daerah binaan UI, seperti Baduy dan Kepulauan Seribu.
“Beberapa masalah utama yang kami hadapi dalam pemberantasan stunting adalah pernikahan dini dan gizi yang kurang,” ujarnya.