Para penulis menemukan bahwa meskipun setiap pola bersifat unik, distribusi umumnya sangat mirip antar famili dan spesies. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti membangun model perkembangan bagaimana pola-pola tersebut dapat terbentuk. Mereka menemukan bahwa dengan memasukkan beberapa parameter sederhana saja, mereka dapat menentukan pembentukan pola kompleks, mirip dengan apa yang diamati di alam.
BACA JUGA:
Para ilmuwan menguji algoritma tersebut pada beberapa spesies, bahkan beberapa serangga yang berkerabat jauh, dan menemukan bahwa setiap kali algoritma tersebut menghasilkan reproduksi sayap yang mirip kehidupan. Mereka percaya pembuluh darah primer mengikuti pola distribusi yang teratur. Dari pembuluh darah ini, sinyal penghambatan berdifusi dari berbagai pusat sinyal. Zona penghambatan ini muncul secara acak dan saling tolak-menolak, sehingga mencegah pertumbuhan vena sekunder di area tertentu. Hal ini telah menciptakan pola yang rumit, dan seiring pertumbuhan dan perkembangan sayap, hal ini menciptakan geometri vena yang kompleks. Studi ini telah dipublikasikan di PNAS.
(Marieska Harya Virdhani)