JAKARTA – Radiologi di Indonesia merupakan istilah keilmuan yang jarang didengar di kalangan umum. Walaupun saat ini memang sudah ada jurusan teknik nuklir yang berkaitan dengan radiologi, ternyata radiologi di Indonesia sudah ada sejak dulu sebelum Indonesia merdeka.
Dalam konferensi pers bersama BRIN, Selasa (5/12/2023) diungkap tentang profil Prof. Dr. Gerrit Augustinus (G.A) Siwabessy. Dia adalah salah satu radiolog pertama di Indonesia. Ia lahir pada 19 Agustus 1914 di Illath, Maluku Tengah.
BACA JUGA:
Sejarah G.A Siwabessy
Dahulu ia bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Ambon dan lulus pada tahun 1931. Setelah itu ia menimba ilmunya ke NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) yang saat ini sudah berganti nama menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Setelah lulus, dr. Leimena, Menteri kesehatan RI pada tahun 1949 merekomendasikan agar Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi. Sebelumnya dr. Johanes telah memberikan kepadanya brevet (surat tanda bukti keahlian) sebagai ahli radiologi. Dengan rekomendasi kedua dokter ini, Siwabessy berhasil mendapatkan beasiswa dari British Council untuk studi lanjutan di Universitas London. Termasuk study trip ke pusat radiologi dan pusat kedokteran nuklir berbagai kota di Inggris: Manchester, Leeds, Edinburgh dan Glasgow.
BACA JUGA:
Saat memperdalam bidang radiologi itu, Siwabessy banyak berkenalan dengan para ahli atom dari bidang terkait, seperti fisika nuklir, kimia, biologi, fisika-radiasi, kimia-radiasi, biologi radiasi, dan radioterapi. Selain itu Siwabessy juga melihat bahwa pengobatan kanker di London sudah banyak menggunakan hasil penemuan dan penyinaran atom. Hal-hal inilah banyak memberi wawasan baru yang kelak kemudian hari diterapkan di Indonesia.
Karya Siwabessy kini juga terukir di Departemen Radioterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebuah rumah sakit berstandar internasional dengan peralatan sangat modern yang telah terbukti banyak menolong para penderita kanker. Demikian juga pengobatan dengan tenaga nuklir yang ada di RSPAD Gatot Subroto, semuanya dirintis oleh Siwabessy.
Pada 1954, bangsa Indonesia khawatir dengan adanya percobaan-percobaan senjata nuklir di wilayah pasifik setelah perang dunia ke-2. Presiden Soekarno saat itu menunjuk G.A. Siwabessy sebagai ketua panitia negara untuk melakukan penyelidikan radioaktivitet untuk mengetahui apakah Indonesia terkontaminasi debu radioaktif dari percobaan nuklir di Pasifik. Saat itu dilakukan penyelidikan di wilayah timur Indonesia, dan hasilnya tidak ditemukan adanya kontaminasi terhadap debu radioaktif tersebut.
BACA JUGA:
G.A. Siwabessy sangat aktif terhadap perkembangan kenukliran, hingga diketahui bahwa pemanfaatan nuklir tidak hanya untuk persenjataan atau energi saja, namun untuk berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, pertanian, peternakan, industri, dan lingkungan. Pada 1964, Presiden Soekarno menunjuk G.A. Siwabessy sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional, dan pada 1966 juga ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
(Marieska Harya Virdhani)