JAKARTA - Pada 28 Oktober 2023 akan diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Hari bersejarah akan kebangkitan pemuda ini patut dirayakan dan diapresiasi oleh segenap bangsa, terutama generasi muda. Terdapat berbagai cara untuk memeriahkan hari bersejarah ini, salah satunya dengan membagikan puisi terkait Hari Sumpah Pemuda.
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (27/10/2023), berikut beberapa contoh puisi tentang Sumpah Pemuda yang dapat kamu bagikan!
BACA JUGA:
1. Jika Kau Pemuda
karya Peri Sandi Huizche
Jika kau merasa pemuda
ruang gerakmu seharusnya merdeka!
tanpa ada rekayasa penguasa
apalagi pengusaha yang mengiming-imingi
berkarya-merdeka di perusahaannya
Sebab apa?
sebab kau hanya jadi sapi perah belaka!
Lalu jika kau merasa sudah jadi
pemuda yang sesungguhnya dan
punya alasan nyata untuk kebutuhan
tak bisa dihindarkan, yaitu
uang
Mungkin yang perlu dipertimbangkan
adalah kelangsungan masa depan!
karena uang tak menjamin kesejahteraan
yang ada hanya kesenjangan
Pemuda,
Lawan sistem rekayasa perbudakan
merdekakan masa depan rakyat
dari sistem yang hanya menguntungkan
penguasa dan pengusaha!
Merdekalah!
2. Prajurit Jaga Malam
karya Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah tua-tua keras,
Bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
Kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu….
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
BACA JUGA:
3. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
karya Taufiq Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
4. Adakah Mereka Bangga Padaku?
karya Dedy Yanwar Elfani
Hari ini latah kubahagia
Bersorak ramai mendendang nada
Memperingati sumpah pemuda
Yang kutahu mereka adalah pahlawan
Berjasa bagi negeri, memerdekan ibu pertiwi
Terhenyak kudengar seruan-seruan pengeras suara
Orang-orang itu mengajak pemuda meneruskan perjuangan
Terbesit olehku, andai mereka masih hidup hingga hari ini
Akankah mereka bangga kepada angga kepadaku?
Para pahlawan bermandikan darah di medan perang
Aku pun meneruskan perjuangan
Berdarah-darah di medan tawuran
Para pahlawan berorasi menggetarkan tanah lapang
Aku pun meneruskan perjuangan
Berteriak lantang dan berjoget di panggung hiburan
Adakah mereka bangga padaku?
Para pahlawan berurai air mata dalam keharuan
Aku pun meneruskan perjuangan
Tersedu-sedu di depan adegan roman picisan
Para pahlawan berjanji setia terhadap bangsa
Aku pun meneruskan perjuangan
Bersumpah setia kepada orang yang beruang
Adakah mereka bangga padaku?
Para pahlawan mati-matian mempertahankan kedaulatan
Aku pun meneruskan perjuangan
Kugadaikan kekayaan bumi kepada negara adidaya
Para pahlawan hidup sederhana dan bersahaja
Aku pun meneruskan perjuangan
Hidup bersahaja dengan puluhan mobil sport berjejer di garasi
Adakah mereka bangga padaku?
Para pahlawan mencurahkan semua hidupnya untuk rakyat
Aku pun meneruskan perjuangan
Kukuras semua harta rakyat untuk memperkaya diri
Para pahlawan dengan keras memperoleh pendidikan untuk kemajuan bangsa
Aku pun meneruskan perjuangan
Aku beli ijazah pendidikan tinggi untuk kupajang dalam titel namaku
Adakah mereka bangga kepadaku?
BACA JUGA:
5. Ibuku Malang
karya Wahyuni Sii Yhunyun
Darah tak lagi merah
Tulang tak lagi putih
Kini kau terluka Ibu
Wajahmu dilumuri duka
Bahasamu mengaung tanpa makna
Kau sakit Ibu
Senyummu tak semanis dulu
Hanya lukis kesedihan yang ada di sana
dan
Ujung badikku tak mampu mengukir bahagia untuk masa depanmu
dan
Losariku tak sanggup meniupkan angin kesejukan untuk tidur panjangmu
Kau benar-benar dirundung sedih
dan
Ibuku malang
dan ternyata
Aku yang memberi racun pada gelas anggur kesayanganmu
Hingga kematian semakin dekat menjemputmu
Itulah tadi berbagai puisi tentang Hari Sumpah Pemuda. Yang mana kesukaanmu?
(Dani Jumadil Akhir)