JAKARTA- Mengenal sejarah Museum Fatahillah menarik untuk diulas. Museum Fatahillah, dinamakan demikian karena terletak di Jalan Taman Fatahillah Nomor 2, Jakarta. Museum Fatahillah, sebelum diresmikan sebagai museum pada 30 Maret 1974, dulunya merupakan Gedung Balai Kota (Stadhuis).
Dengan gaya barok klasik, museum ini menyuguhkan arsitektur khas yang menambah suasana penjelajahan semakin lekat. Museum Fatahillah terdiri dari tiga lantai yang dilengkapi penunjuk mata angin di bagian puncaknya.
Menyimpan 25.000 benda koleksi, menjadikan Museum Fatahillah salah satu pilihan untuk berwisata edukatif.
Mengenal sejarah Museum Fatahillah menyimpan benda-benda peninggalan zaman prasejarah. Ada pula lukisan yang menggambarkan kehidupan di era tersebut. Lalu ada situs pusaka dari masa Kerajaan Tarumanegara serta miniatur Raja Kerajaan Tarumanegara.
Selain itu ada Patung Hermes yang bernilai artistik tinggi. Dari sana, Anda akan menemui Meriam Sijagur yang berada di antara kantor museum.
Kembali ke bagian dalam museum, ada ruangan yang bercerita sejarah pembangunan Museum Fatahillah. Papan informasi dibuat mengisi ruangan yang dilengkapi lampu sorot sehingga Anda dapat membacanya dengan jelas.
Terdapat pula miniatur mimbar Masjid Kampung Baru serta potret kebudayaan Betawi yang menjadi penutup penelusuran di lantai dasar.Dengan memiliki benda-benda zaman dulu, ternyata ada sejarahnya.
Mengenal sejarah Museum Fatahillah mulanya digunakan sebagai gedung Balai Kota (Stadhuis). Pada tanggal 27 April 1626, Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) membangun gedung balaikota baru yang kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707 Di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan baru selesai pada tanggal 10 Juli 1710 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck.
Selain sebagai Balaikota, gedung ini juga berfungsi sebagai Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan Dewan Kotapraja (College van Scheppen).
Pada tahun 1925-1942 gedung ini juga dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 digunakan pula sebagai Markas Komando Militer Kota (KMK) I yang kemudian menjadi Kodim 0503 Jakarta Barat. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.
(RIN)
(Rani Hardjanti)