Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tokoh-Tokoh Penting dan Perannya di Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Rifqa Nisyardhana , Jurnalis-Jum'at, 04 November 2022 |18:27 WIB
Tokoh-Tokoh Penting dan Perannya di Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Ilustrasi Pertempuran Surabaya/Wikipedia
A
A
A

JAKARTA - Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945 menjadi sebuah bukti perjuangan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

Saat itu, rakyat Surabaya harus melawan Belanda dan Inggris.

Ini menjadi salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi nasional Indonesia.

Berikut ini 7 tokoh penting yang berperan dalam Pertempuran Surabaya

1. Bung Tomo

Nama aslinya adalah Sutomo, tetapi akrab disapa sebagai Bung Tomo. Dia merupakan pahlawan nasional yang lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Bung Tomo sangat terkenal karena dia menyerukan penuh semangat perjuangan kepada arek-arek Surabaya.

Selain itu, dia juga menjadi pemimpin dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) untuk melawan pasukan Belanda dan Inggris.

2. K.H. Hasyim Asy'ari

Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy'ari. Dia merupakan seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 14 Februari 1871 di Jombang, Jawa Timur.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, K.H. Hasyim Asy'ari mengeluarkan lima fatwa Resolusi Jihad.

Dari fatwanya ini berhasil menggerakkan warga dan santri untuk menyerang sekutu.

Saat itu, K.H. Hasyim Asy'ari mendeklarasikan perang kemerdekaan sebagai perang suci atau jihad bagi umat Islam.

Berkat hal ini, rakyat Surabaya bersiap melawan sekutu dengan memegang senjata api mereka.

3. H.R. Muhammad Mangundiprojo

Nama aslinya adalah Raden Moehammad Mangoendiprodjo. Dia merupakan seorang Mayor Jenderal TNI yang lahir pada 5 Januari 1905 di Sragen, Jawa Tengah.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Mangundiprojo bertugas sebagai pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi Jawa Timur. Dia melakukan kontak biro dengan pasukan sekutu.

Pada 29 Oktober 1945, Mangundiprojo berpatroli bersama Brigadir Mallaby di kota Surabaya.

Namun, mereka berhenti di Jembatan Merah yang berada di depan Gedung Internatio yang ramai dikepung oleh para pemuda Indonesia.

Lantas Muhammad masuk ke dalam sana menemui tentara Inggris dan kesatuan Gurkha untuk bernegosiasi.

Namun, dia malah disandera. Sementara, di luar sana Mallaby tewas di mobilnya.

4. Gubernur Suryo

Nama aslinya adalah Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Dia merupakan gubernur pertama Jawa Timur yang menjabat dari tahun 1945-1948.

Gubernur Suryo lahir pada 9 Juli 1898 di Magetan, Jawa Timur.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Gubernur Suryo membuat perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby pada 26 Oktober 1945.

Ketika ultimatum dari Inggris dikeluarkan, Gubernur Suryo menolak dengan berpidato kepada arek-arek Surabaya untuk melawan sekutu sampai darah penghabisan.

5. Abdul Wahab Saleh

Tidak begitu banyak informasi dari tokoh ini. Akan tetapi, dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Abdul merupakan seorang fotografer dari Antara.

Dia mengabadikan setiap perjuangan bangsa Indonesia di sana.

Dia menangkap banyak momen, seperti pada peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato dan foto Bung Tomo yang sedang berpidato kepada arek-arek Surabaya.

6. Prof. DR. Moestopo

Prof. DR. Moestopo lahir pada 13 Juli 1913 di Kediri, Jawa Timur. Dia merupakan seorang pahlawan nasional dan Mayor Jenderal TNI.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Moestopo menjabat sebagai komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Dia pun harus menghadapi pasukan ekspedisi Inggris yang dipimpin oleh Mallaby.

Setelah Mallaby tewas, perang pun terjadi.

Saat itu, Moestopo menjadi berbagai peran. Dia pernah menjadi pemimpin satu skuadron tentara reguler, pencopet, dan pelacur agar membuat pasukan Belanda bingung.

7. Mayjen Soengkono

Mayor Jenderal TNI, Soengkono lahir pada 11 Januari 1911 di Purbalingga, Jawa Tengah. Di saat umurnya masih 31 tahun, dia sudah berpangkat kolonel.

Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Soengkono merupakan pendiri dari BKR dan TKR.

Dia pernah menyusun rencana berperang pada 10 November.

Selain itu, Soengkono berpidato kepada arek-arek Surabaya agar mereka juga menginginkan untuk mempertahankan kota dari jajahan sekutu.

(Natalia Bulan)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement