TEMANGGUNG – Pesantren Abata yang terletak di Kelurahan Manding, Kecamatan Temanggung, Jawa Tengah, berbeda dengan pesantren umumnya. Dengan konsep islamic boarding school tunarungu, Pesantren Abata menjadi rintisan pesantren tunarungu gratis pertama di Indonesia dengan metode yang terpadu.
Di sana setiap harinya para santri melakukan terapi wicara dari guru yang telah bersertifikat.
Terapi dengan metode lips reading atau visual phoenik sehingga semua materi divisualkan. Santri diharapkan bisa berkomunikasi secara verbal.
Proses terapi wicara menjadi bagian sangat penting bagi para santri agar dapat melakukan komunikasi kepada orang lain, tidak hanya kepada sesama disabilitas.
Para santri juga dibekali kegiatan mengaji sehingga bisa melafalkan surat-surat Alquran. Para pengajar secara tekun melatih mereka.
Di pesantren ini terdapat berbagai kelas sesuai dengan umur dari para santri. Kurikulum yang diajarkan merupakan kurikulum tersendiri, berbeda dengan kurikulum kebanyakan karena keterbatasan para santri berkomunikasi.
Karena keterbatasan tempat dan asrama, Pesantren Abata hanya mampu menampung 40 santri perempuan. Pesantren Abata menyelenggarakan pendidikan secara gratis tanpa dipungut biaya.
Salah satu santri, Anin asal Wonosobo, mengaku awalnya susah mengikuti pelajaran di pesantren ini. Materi yang diajarkan banyak, tapi dia sangat suka belajar menggambar, tema, dan matematika.
“Agama, tema, matematika, hafalan mengaji, menggambar, melukis,” katanya, Minggu (27/3/2022).
Senada dengan Anin, Zanuba, salah satu santri dari Semarang mengaku sangat senang mengikuti pendidikan di Pesantren Abata ini. Dia paling senang bekajar hafalan semua pelajaran.
Pesantren Abata ini merupakan rintisan Mukhlisin Nuryanta, yang awalnya merasa kesulitan untuk mendapatkan pendidikan bagi putri sulungnya yang mengalami tunarungu sejak berusia 3 tahun.
Follow Berita Okezone di Google News