JAKARTA – Pernahkah Anda merasa marah di saat sedang lapar? Jika ya, mungkin Anda sedang mengalami apa yang disebut dengan “hangry”. Tetapi, apakah benar ada hubungan antara lapar dan rasa marah yang muncul?, berikut penjelasan dari dosen IPB University.
Marah merupakan respon emosional yang kuat yang muncul ketika tubuh merasa menghadapi ancaman atau bahaya. Pada kondisi tersebut, sumbu hipotalamus-pituitary-adrenal (HPA) di otak akan teraktifkan, dan memicu respons melawan atau lari (“fight or flight”).
Menurut Dosen Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, dr Husnawati, kombinasi rasa lapar dan amarah merupakan respons emosional yang rumit yang melibatkan interaksi biologi, kepribadian, dan isyarat lingkungan.
“Sistem limbik di otak adalah pusat dari segala emosi baik itu marah, takut, dorongan seksual, dan lainnya. Di sini emosi diterjemahkan secara biokimia dan diberi label sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang kemudian memicu dikeluarkannya hormon senang atau hormon stres,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa pada beberapa orang, rasa lapar dapat dianggap sebagai ancaman bagi tubuh, sehingga muncullah kondisi “hangry”.
BACA JUGA: 10 Prodi Terfavorit IPB University di SNMPTN
Rasa lapar yang berkepanjangan membuat tubuh menjadi stres, dan dikeluarkanlah hormon kortisol yang merupakan hormon stres. Kondisi stres yang dirasakan tubuh menyebabkan penurunan kadar hormon serotonin yang memiliki peran penting dalam mengatur suasana hati.
“Kadar serotonin yang rendah sangat berkaitan dengan munculnya rasa marah dan kecenderungan ke arah perilaku kekerasan,” ujarnya sebagaimana dilansir siaran pers IPB University, Selasa (25/5/2021)
Di sisi lain, berdasarkan kepribadian dan pengaruh lingkungan, perilaku emosi karena makanan terbentuk sejak masa kanak-kanak, dan sangat terkait dengan pengalaman masa kecil.