Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Guy Gunaratne Jajal Nomine Penulis di Booker Prize 2018

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 22 Oktober 2018 |11:30 WIB
Guy Gunaratne Jajal Nomine Penulis di Booker Prize 2018
Imigran asal Sri Lanka Guy Gunarte masuk The Booker Prize (Foto: Koran Sindo)
A
A
A

Suka buku yang membuatnya berani

Kiprahnya di dunia tulis-menulis dimulai saat dirinya menjadi jurnalis video di area pascakonflik di seluruh dunia. Dia juga membuat film dokumenter yang meliput kisah-kisah hak asasi manusia di seluruh dunia. Seiring dengan pekerjaannya, dia juga sempat tinggal berpindah-pindah. Misalkan di Berlin, Helsinki, San Francisco, dan saat ini sedang tinggal di Malmo, Swedia. Guy mendirikan dua perusahaan teknologi dan telah memberikan ceramah umum tentang media baru, mendongeng, dan masalah hak asasi manusia secara global.

Baca Juga: Menristekdikti Bicara soal Energi Milenial di Pertemuan Menteri Sains dan Teknologi ASEAN

Dia mengaku sangat menyukai membaca buku yang bisa membuatnya berani. Dia pun merasa termotivasi setiap membaca buku-buku tersebut. Para penulis favorit yang selalu menggugah keberaniannya adalah Ali Smith, Gunter Grass, Samuel Beckett, dan Nicola Barker. Selain itu, saat ini dia sedang banyak membaca buku puisi dan fiksi Arab. Seperti penyair asal Suriah dengan nama pena Adonis. Lalu novel My Year of Rest and Relaxation karya Ottessa Moshfegh, dan The Hospital karya Ahmed Bouanani yang dianggap sebagai buku yang penuh halusinasi yang gila.

Dia juga menyukai novelis legendaris mendiang Virginia Woolf. Lalu beberapa penulis Yahudi-Amerika seperti mendiang Isaac Bashevis Singer dan Saul Bellow. Dia merasa ada sesuatu di sana yang terasa sangat familier. Kesukaannya membaca buku ini memang dimulainya sejak kecil. Kala itu Guy kecil sering membaca karya novelis asal Inggris, Roald Dahl.

Baca Juga: Kemrisetdikti Dukung Start Up Berbasis Teknologi lewat Inovator Inovasi Indonesia Expo

Awalnya hanya iseng membaca, lalu mulai serius saat beranjak remaja. Dia ingat kala itu dia kerap menyerbu toko-toko buku di daerah mewah saat sedang ada program amal.

“Saya akan pergi ke toko buku Oxfam di Bloomsbury atau Muswell Hill, dan membawa buku-buku itu ke Neasden. Di situlah saya menemukan penulis yang saya cintai. Samuel Beckett adalah orang besar bagi saya, dia sangat tidak kenal kompromi. Saya suka menulis sesuatu yang tidak selalu indah untuk Anda, yang tidak selalu membuat Anda merasa nyaman,” tuturnya.

(Feb)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement