JAKARTA - Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar rangkaian lokakarya dan seminar Wildlife Journalism Competition 2024 (WJC). Kegiatan ini berkolaborasi dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO).
Seminar ini juga didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Unpad bersama Universitas Tanjungpura (Untan), Garda Animalia dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).
Mengusung tema "Interaksi Negatif Manusia-Satwa dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan”, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan keterampilan peserta dalam mengangkat isu mengenai konflik antara manusia dengan satwa liar. Kegiatan berlangsung di Gedung Konferensi Universitas Tanjungpura dengan menghadirkan para pakar di bidang konservasi, kedokteran, veteriner, serta jurnalisme.
Pentingnya menjaga keseimbangan alam serta interaksi manusia dengan lingkungan menjadi fokus yang ditekankan FAO dalam lokakarya ini.
“Sebagai bagian dari ekosistem, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam. Interaksi kita dengan lingkungan dapat berdampak positif atau negatif,” ujar Senior Technical Advisor-Surveillance and Risk Analysis FAO ECTAD Indonesia, Ali Rizqi Arasyi, Sabtu (3/8/2024).
Ali menegaskan bahwa ketidakseimbangan alam dapat memunculkan ancaman seperti zoonosis dan penyakit infeksius baru yang mengintai di sekitar kita.
Adapun Kepala Balai Pengelolaan Hutan Lestari (BPHL) Wilayah III Pontianak Adhi Suprihadi. menyampaikan tentang konfigurasi pengelolaan hutan yang meliputi tiga sektor utama, yaitu konservasi, produksi, dan perlindungan.
“Hutan bukan hanya tentang kayu, ada fungsi non-kayu dan nilai lain yang perlu diperhatikan, salah satunya satwa liar yang hidup di dalamnya,” ujar Adhi.
Adapun medik veteriner YIARI Wendi Prameswari juga menyampaikan pentingnya pendekatan One Health sebagai upaya mencegah terjadinya zoonosis.
Koordinator Pelaksana Wildlife Journalism Competition Azizul Rahman berharap kegiatan ini dapat mendorong perubahan positif dalam dunia jurnalisme.
“Kita hidup pada era di mana informasi bergerak cepat dan berdampak luas. Harapan saya, para mahasiswa yang hadir di sini dapat menjadi garda terdepan dalam menyuarakan pentingnya keseimbangan ekosistem dan perlindungan terhadap satwa liar,” ujar Azizul.
Selain mendiskusikan tentang ekosistem dan mitigasi terhadap penyakit zoonosis, kegiatan juga dilanjutkan dengan pelatihan jurnalisme lingkungan melalui cerita foto yang disampaikan oleh Wildlife Journalist Victor Fidelis Sentosa. Lebih dari 50 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Pontianak hadir dalam rangkaian roadshow WJC 2024. Sebelumnya kegiatan dilaksanakan di Medan, Riau, Surabaya, Bali, dan Ambon. WJC 2024 mengajak jurnalis muda untuk peduli terhadap isu konservasi melalui cabang kompetisi dokumenter pendek, photo story, dan artikel feature.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)