JAKARTA - Keyakinan menjadi hal yang penting dalam menggapai cita-cita. Sebelum melakukan usaha dan doa yang ekstra, keyakinan harus ditanamkan terlebih dahulu dalam jiwa. Keyakinan tersebut berupa keyakinan pada kemampuan diri dalam menggapai cita-cita.
Berkaca pada apa yang di alami oleh Zahra Ramadani. Ia belum berhasil ketika mendaftar ke Politeknik Elektronika Negeri Surabaya sebagai pilihan pertama dan D4 Teknologi Rekayasa Multimedia di ITS sebagai pilihan kedua.
Kegagalannya itu tidak membuat semangat juangnya menyurut. Ia memang melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Swasta, tetapi tekadnya untuk menggapai Perguruan Tinggi Negeri sesuai dengan bidang yang ia sukai tetap besar membara.
Sejalan dengan itu, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dr. Imelda Ika Dian Oriza, M.Psi. Psikolog, menjelaskan bahwa keyakinan menjadi hal yang paling penting ketika memiliki tujuan.
Dalam hal ini, Dian, memberikan contoh ketika seseorang akan menuju sebuah tempat yang dapat diakses melalui berbagai kendaraan. Meskipun waktu yang diperlukan berbeda-beda pada setiap kendaraan, tetapi yang terpenting orang tersebut yakin bahwa ia bisa sampai disana. Dengan keyakinan itu, tak peduli kendaraan apa yang digunakan, ia akan tetap sampai di tempat tujuan.
"Jadi kalau saya yakin saya mampu, apapun kendaraannya, saya akan sampai sana. Balik lagi selalu fokus pada tujuan. Saya tujuannya apa, tujuannya pasti cinta ilmu pengetahuan saya. Saya yakin saya sukses di ilmu pengetahuan itu, di bidang itu gitu ya. Sehingga saya mau melakukan apapun, saya mau menunggu satu tahun lagi, saya mau belajar dulu, saya mau jalannya memutar, tapi saya yakin saya sampe situ, tujuannya disitu," ujar Dian, dalam Special Dialogue Okezone, Senin (17/ 7/2023).
Dian juga menjelaskan bahwa yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan adalah menilai sumber daya yang dimiliki. Sumber daya yang pertama berupa kapasitas mental serta kapasitas intelegensi.
Sedangkan sumber daya yang kedua berupa sumber daya lingkungan, seperti uang, biaya, serta teman-teman yang dapat mensupport. Lalu ada juga sumber daya eksternal berupa orang tua yang mensupport dari berbagai aspek, termasuk aspek biaya. Dan jangan lupakan kepercayaan atau keyakinan kemampuan diri dalam menggapai cita-cita. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa hidup ini bukanlah sebuah perlombaan, melainkan sebuah perjalanan.
"Tapi hidup ini perjalanan jadi dinikmati pemandangan kanan-kirinya, dinikmati teman seperjalanannya kadang-kadang ketemu temen yang lucu yang bisa jadi sahabat seumur hidup gitu ya, dinikmati perjalanan. Gak perlu sampe, kadang-kadang juga ada yang sampe cepet ada yang gak, ini bukan perlombaan. Ini tentang menikmati perjalanan," imbuhnya.
(Khafid Mardiyansyah)