JAKARTA - Manusia dan emosi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Emosi selalu bekerja ketika manusia menghadapi suatu situasi atau peristiwa.
Begitupun dalam peristiwa penerimaan mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri (PTN), yang melibatkan banyak emosi mulai dari sukacita bagi yang berhasil masuk PTN impiannya hingga kemarahan dan kekecewaan bagi mereka yang belum berhasil. Masalah utama dari emosi ini merupakan aktualisasi diri anak-anak usia lulus SMA.
Segala bentuk emosi tersebut, harus bisa dikelola dengan baik agar intensitasnya tidak tinggi sehingga tidak berdampak buruk.
Menurut dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dr. Imelda Ika Dian Oriza, M.Psi. Psikolog, cara pertama yang dapat dilakukan dalam meregulasi emosi adalah dengan menerima atau mengakui terlebih dahulu emosi yang sedang kita rasakan.
Dian juga menjelaskan bahwa mengekspresikan emosi dengan berbagai hal, seperti menarik diri sementara adalah hal yang wajar. Sebab saat itu berarti memberi waktu pada diri sendiri untuk pulih sebelum kembali berproses.
"Kita kasih waktu ke diri kita sendiri, kita mulai berproses lagi. Prosesnya tuh mulai move on nih. Move on nya gimana caranya? Fokus sama tujuan kita, tujuan kita kan karena kita suka banget sama bidang ilmu itu makanya kita pengen banget kuliah disitu ya," ujar Dian, dalam Special Dialogue Okezone, Senin (17/7/2023).
Dalam meregulasi emosi negatif saat ditolak di PTN tujuan, Dian menuturkan bahwa siswa harus bisa menjadi fleksibel. Fleksibel yang dimaksud disini adalah lebih fokus pada bidang ilmu yang menjadi tujuan dan meyakinkan diri dapat menyelesaikan kuliah dibidang tersebut dari kampus manapun.
"Yang penting adalah saya mau mengembangkan diri, perkara tentu kita punya harapan mengembangkan dirinya ditempat yang saya udah idam-idamkan gitu, namun sebenernya kalau kita kembali lagi ketujuan awal adalah saya suka banget belajar, dan saya suka banget sama bidang ilmu ini. Dimana pun saya berada saya akan memperbesar peluang kemungkinan saya sukses" ujarnya.
(Khafid Mardiyansyah)