JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI (Kemenag) menerima kunjungan dari Kementerian Pendidikan Dasar Menengah, dan Teknik dari Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (MBTHE BARMM) Filipina beberapa waktu yang lalu.
Kunjungan Filipina tersebut bertujuan untuk berguru ke Indonesia dalam hal membangun, membuat serta implementasi kebijakan.
Terutama dalam rangka perencanaan pembangunan Madrasah Negeri di negara Mutiara Laut Orien itu.
“Kami sangat berharap bisa mengadopsi hal hebat yang diterapkan oleh sistem pendidikan Islam di Indonesia. Ke depannya, semoga kami bisa mengirim delegasi kami untuk belajar langsung di madrasah dan pesantren di Indonesia agar langsung bisa diterapkan di madrasah kami," kata Dirjen Madaris Filipina, Tahir G Nalg dikutip dalam laman resmi Kemenag, Kamis,(15/9/2022).
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendis Muhammad Ali Ramdhani rombongan dari Filipina yang sedang benchmarking ini akan melakukan kunjungan ke beberapa lembaga Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al Hamid Jakarta Timur, Ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta dan MAN Insan Cendekia (IC) Serpong Tangerang Selatan.
Kang Dhani menjelaskan, bahwa saat ini Kemenag melayani sebanyak lebih dari 77.000 lembaga madrasah, 700 lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) baik negeri maupun swasta.
Serta melayani 35.000-an Pondok Pesantren yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia.
"Sebetulnya, benchmarking penting, karena kita saat ini melakukan terobosan bahwa ada tantangan kepada generasi di masa depan. Lalu, kurikulum kami rancang, agar mampu menjawab masa depan anak madrasah. Maka, di Madrasah Aliyah kami lakukan rekonstrusksi kurikulum dengan Cambridge sehingga alumni diterima di kampus terkemuka di dunia," kata dia.
Di hadapan delegasi asal Filipina, pria yang akrab disapa Kang Dhani ini juga menjelaskan bahwa madrasah di Indonesia pada dasarnya adalah sekolah pada umumnya. Namun, yang membedakan adalah satu, tambahan pelajaran agama.
“Bedanya satu, bahwa kami menambahkan pelajaran agama sebagai inti penyelenggaraan madrasah. Sehingga kami tidak merubah, tapi menambah.” kata Alumnus ITB Bandung ini
Selanjutnya, Tahir mengungkapkan bahwa lulusan madrasah yang ada di Bangsamoro saat ini masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
Oleh penyedia, lanjutnya lagi, bahwa lapangan kerja untuk lulusan Madaris alias Madrasah dari Bangsamoro ia akui masih kesulitan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan sekolah umum.
“Kita ingin belajar, bagaimana lulusan pesantren dan madrasah dapat berkancah di dunia kerja layaknya lulusan sekolah umum,” ujar Tahir G Nalg.
(Natalia Bulan)