Selebihnya siswa bebas mengenakan pakaian apa pun asal rapi.
"Siswa boleh berkaos asal berkerah dan boleh tidak memakai sepatu, tetapi bukan sandal jepit. Boleh sandal sepatu," ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan Jejaring SMA Kolese De Britto H J Sriyanto.
Pria yang akrab dipanggil Joyo ini mengatakan, saat ini sekolah mereka memiliki 890 siswa yang masing-masing terbagi dalam 5 kelas Matematika dan IPA (MIPA), 3 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa.
Mereka mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih menekankan membentuk pemimpin pelayanan.
SMA Kolese De Britto memang tidak terlalu ketat dalam aturan terkait dengan atribut menempel.
Siswa boleh berambut panjang dan tidak mengenakan sepatu. Siswa boleh gondrong namun tidak boleh diberi warna rambut.
"Gimbal boleh, tetapi gimbal alami bukan gimbal buatan. Pokoknya asal alami maka diperbolehkan, termasuk gondrong mau sepanjang apa pun boleh," katanya.
Kebijakan tersebut bukan tanpa alasan. Karena SMA Kolese De Britto memiliki spirit kebebasan untuk menjadi pribadi yang bebas.
Seragam, rambut gondrong sepatu itu hanya atribut hal utama dan bisa dipilih sejauh membantu sampai tujuan.
Kebijakan tersebut ternyata cara sekolah untuk mendidik siswa dalam mengambil keputusan. Apa pun keputusan yang diambil tentu akan membawa konsekuensi dan harus dipertanggungjawabkan, baik kepada diri sendiri ataupun orang lain.
"Pilihan merdeka anak ini mengajarkan Siswa untk membuat keputusan. Dan selama ini dibutuhkan untuk membangun leadership," terang dia.
Tak hanya itu, sekolah ini juga ternyata memiliki ruang kelas yang unik.
Meskipun ada sekat dengan kelas yang lain, namun tembok utuh ruangan hanya berdiri di satu sisi. Sementara bagian depan kelas hanya berdiri tembok atau pagar setinggi 130 cm dan sama sekali tidak ada pintu.
Siswa di dalam kelas bisa melihat lalu lalang orang lain di dalam kelas. Dan orang yang berada di luar kelas juga bisa mengetahui aktivitas apapun yang berada di dalam ruang kelas, termasuk dengan jelas mendengar suara dari guru yang tengah mengajar.
"Ini desain sejak awal berdiri. Meski kelasnya terbuka tetapi tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, justru malah melatih konsentrasi siswa mengikuti pembelajaran karena terbiasa tidak terganggu dengan aktivitas lain di luar mereka," tambahnya.
SMA Kolese De Britto sebenarnya adalah sekolah Katolik Yesuit yang berdiri tanggal 19 Agustus 1948 bersamaan dengan sekolah Putra Putri.
Namun sekolah putri kini berdiri sendiri yaitu menjadi SMA Stela Duce.