Rhenald Kasali Soroti Generasi Cemas Efek Digitalisasi yang Picu Niat Anak Bunuh Diri hingga 167% 

Rani Hardjanti, Jurnalis
Sabtu 08 November 2025 15:26 WIB
Rhenald Kasali Soroti Generasi Cemas Efek Digitalisasi yang Picu Niat Anak Bunuh Diri hingga 167%
Share :

JAKARTA - Fenomena generasi cemas kini menjadi sorotan global. Hal itu tidak hanya terjadi di negara industri atau maju saja, tapi merata di seluruh negara. 

Profesor Rhenald Kasali menyoroti temuan dalam buku The Anxious Generation: How the Great Rewiring of Childhood Is Causing an Epidemic of Mental Illness karya Jonathan Haidt, yang mengungkap meningkatnya kasus gangguan mental pada anak-anak dan remaja akibat perubahan gaya hidup digital.

Menurut Rhenald, generasi cemas bukan hanya terjadi di negara maju, tetapi juga merata di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

“Hati-hati orangtua, terutama yang memiliki anak perempuan. Karena niatan untuk mengakhiri hidup, depresi, dan kecemasan meningkat tajam pada anak perempuan,” ujar Rhenald Kasali dalam Instragramnya, dikutip Sabtu (8/11/2025). 

Data dari penelitian Haidt menunjukkan angka yang mencengangkan. Niat untuk mengakhiri hidup atau self-harm meningkat 167% pada anak perempuan dan 91% pada anak laki-laki. Kasus depresi dan kecemasan meningkat 134%, sedangkan depresi berat naik 106%. 

 

Lebih lanjut, kasus self-harm yang sampai harus dibawa ke UGD meningkat 188% pada anak perempuan, dan 48% pada anak laki-laki. Ironisnya, fenomena ini paling banyak terjadi pada kelompok usia 10-14 tahun, usia yang seharusnya masih penuh dengan permainan dan eksplorasi diri.

Rhenald menjelaskan, anak laki-laki biasanya melarikan diri ke dunia gaming, sedangkan anak perempuan cenderung terjebak dalam perasaan-perasaan salah satunya dari tekanan sosial di media digital.

“Mereka hidup dalam dunia maya yang penuh perbandingan, komentar, dan ekspektasi sosial yang membuat mereka semakin rapuh,” ujarnya.

Mengutip riset Jonathan Haidt, Rhenald menyebutkan bahwa kondisi ini sebagai krisis global masa kanak-kanak. Perubahan gaya hidup dan teknologi telah “menyambungkan ulang” otak anak-anak secara berbeda dibanding generasi sebelumnya, menciptakan gelombang kecemasan dan isolasi sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya