JAKARTA - Berikut ini adalah 4 tokoh Islam di bidang Sastra yang karyanya memberi manfaat di kehidupan.
Sejak dulu sudah banyak sastrawan besar yang melahirkan karya luar biasa.
Di antaranya merupakan sastrawan muslim yang telah memberi manfaat di kehidupan.
Terdapat sejumlah sastrawam muslim yang turut memberikan ide dan pemikirannya. Berikut tokoh Islam di bidang sastra.
1. Jalaluddin Rumi
Jalaluddin Rumi lahir di Persia, 30 September 1207.
Ia dikenal sebagai penyair sufi Persia yang terkenal hingga ke Amerika Serikat.
Pria yang mempunyai nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Husin Al Khattabi Al Bakri ini mendapat julukan Rumi karena ia menghabiskan sebagai besar hidup di Konya, kota yang sekarang menjadi bagian dari Turki serta dulunya dikenal dengan rum.
Rumi menjadi dekat dengan ilmu agama serta banyak belajar sufi dari latar belakang keluarganya.
Usai bertahun-tahun menuliskan pengalaman spiritualnya, kitab karya Rumi yang berhasil diselesaikan adalah Kitab Masnawi.
Kitab Masnawi adalah kitab yang berisi tentang langkah serta arahan filsafat yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding sufi lainnya.
Pemikiran Rumi dalam kitab Masnawi ini disebut sebagai karya sastra terbesar yang dimiliki oleh Persia.
Kitab ini telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Rumi meninggal dunia pada 17 Desember 1273.
2. Al Hariri
Al Hariri dikenal dengan karya yang luar biasa dalam khazanah sastra serta bahasa Arab klasik.
Pria dengan nama lengkap Abu Muhammad Al Qasim Ibnu Ali Al Hariri ini lahir pada 1054.
Selain di bidang sastra, Al Hariri juga merambah pada kajian filologi. Karya yang telah dihasilkannya pada sastra serta filologi ini membuktikan kapasitas sebagai cendekiawan yang produktif.
Karya Al Hariri yang mempunyai pengaruh besar pada bidang sastra serta tata bahasa Arab yaitu Dhurat Al Ghawwas Fi Awham Al Khawwas.
Karya lain dari Al Hariri adalah Mulhat Al I’rab yang berisi kumpulan puisi. Al Hariri wafat pada 1122.
3. Al Qali
Pria dengan nama lengkap Ismail bin Qasim bin Aidhun Abu Ali lahir di Manazgrid, Armenia pada tahun 901.
Kegigihan Al Qali mengantarkannya menjadi sosok penting dalam ranah intelektual, terutama kajian bahasa.
Al Qali menguasai dari gramatika, sastra, tata bahasa, filologi, dan leksikografi atau teknik penyusunan kamus.
Kegigihannya selama 25 tahun ini tidak sia-sia. Pasalnya, ia banyak menguasai ilmu dan akhirnya menjadi rujukan.
Baghdad tampaknya hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu. Kota ini tidak memberi penghargaan yang layak atas kepintarannya dalam kajian bahasa.
Al Qali pun memutuskan untuk meninggalkan Baghdad. Ia memilih ke Kordoba. Di Kordoba, Al Qali dapat memaksimalkan keahliannya.
Al Qali meninggal dunia pada 967 Masehi. Karya yang telah dihasilkan Al Qali adalah Al Amali dan Al Nawadir.
4. Abu Amr Ahmad bin Muhammad
Abu Amr Ahmad bin Muhammad lahir pada 860. Ia dikenal seorang penulis, penyair, serta sastrawan di masa Dinasti Umayyah di Andalusia, Spanyol.
Sebelum menjadi sastrawan, ia pernah belajar kedokteran serta musik. Namun, ia lebih tertarik dengan sastra serta ilmu sejarah.
Abu Amr Ahmad bin Muhammad telah menghasilkan karya, yaitu Al Aqd Al Farid.
Pada tahun 940, Abu Amr Ahmad bin Muhammad meninggal dunia.
(Natalia Bulan)