Sebagai finalis, Intan mengusung advokasi bertema "Present Self", sebuah gerakan pemberdayaan perempuan dan generasi muda. Ia telah mengembangkan advokasi ini selama dua tahun melalui riset, diskusi, dan implementasi di berbagai lapisan masyarakat.
"Saya sedang memperjuangkan kampanye advokasi bernama Present Self, tentang pemberdayaan perempuan dan kaum muda. Fokusnya adalah pada kesadaran diri, berbicara di depan umum, bahasa tubuh, dan tata krama," jelas Intan.
Ia menekankan bahwa kepercayaan diri tidak dimulai dengan penampilan luar, melainkan dengan pemahaman diri.
"Stigma yang sebenarnya tentang kepercayaan diri adalah ketika kita mengenal diri sendiri. Pertama, kita tahu siapa diri kita. Kita tahu kelemahan, kekuatan, keterbatasan, dan hal-hal yang kita sukai," ujarnya.
Advokasinya telah menyasar mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk siswa SMP di Tumpak Rejo, Kabupaten Malang. Salah satu kelasnya berfokus pada kesadaran diri melalui pendidikan kekerasan seksual.
"Yang menyentuh saya adalah kenyataan bahwa siswa SMP di Tumpak Rejo belum memahami makna seksualitas. Hal itu akhirnya menjadi perhatian utama saya," kata Intan.
Ketika ditanya siapa pesaing terberatnya di kompetisi tersebut, Intan memberikan jawaban yang mencerminkan kedewasaannya.
"Pesaing terbesar saya adalah diri saya sendiri. Keberanian saya untuk mendaftar saja sudah luar biasa bagi saya," ujarnya.
Dia menyadari bahwa dukungan keluarga merupakan fondasi yang krusial. Orangtuanya adalah akademisi yang meraih gelar Magister dan Doktor dari Universitas Brawijaya, sehingga masuknya Intan ke dunia kontes kecantikan membutuhkan diskusi yang panjang.
“Saya perlu meyakinkan orangtua saya bahwa saya juga bisa bersinar dan menimba ilmu di sini,” ujarnya.
Melalui perjalanan panjangnya, dari Duta Pendidikan FISIP Brawijaya, menjadi Duta Bahasa Jawa Timur, hingga finalis Puteri Indonesia Jawa Timur 2025, Intan Nihayah telah membuktikan bahwa perempuan muda dapat menjadi agen perubahan.
(Rani Hardjanti)