JAKARTA - Karier di lembaga non-profit hingga kini masih kerap menuai misinformasi dari kalangan masyarakat Indonesia. Ada yang merasa bekerja sebagai staf yayasan minim jenjang karier, ada juga yang berpikir karier di yayasan tidak mungkin bisa sejahtera.
Di tengah simpang siur pemahaman soal lembaga sosial ini, Chairman Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia Tyas Handayani, berkomitmen untuk membantu anak-anak penderita kanker dari keluarga prasejahtera di Indonesia, sekaligus memupuskan mitos-mitos mengenai karier di dunia sosial.
Mengapa Mbak Tyas memilih terjun ke dunia sosial?
Karena saya bisa dan saya mau. Banyak sekali orang yang bisa, tapi mungkin prioritasnya di tempat lain, dan banyak juga yang mau, tapi mungkin pengalaman dan kapasitasnya tidak ada. Saya merasa punya pengalaman yang ingin saya bagi.
Lantas, apakah terpikir untuk bekerja di perusahaan konvensional, di lembaga profit?
Tentu saja. Saya tidak mau membatasi kemungkinan, bahkan di bidang itu sendiri. Sekarang saya di bidang sosial, sebelumnya, saya mengepalai digital dan sosial media di sebuah korporasi. Sebelumnya lagi, saya punya pengalaman di e-commerce, periklanan, IT, dan bank.
Menurut saya, kita harus punya fleksibilitas diri. Saya sendiri tidak mau menutup kemungkinan kembali lagi ke korporasi, asal ada tantangan yang menarik dan saya tergerak untuk terjun.
Mungkin banyak orang yang keberatan kalau anaknya ingin berkarier di lembaga sosial, karena pemikiran seperti sulit mendapat uang, tidak ada masa depan. Bagaimana pandangan Mbak Tyas?
Kalau menurut saya, benar, ada plus minusnya. Memang banyak sekali yayasan konvensional yang belum paham cara sosialisasi brand dan pentingnya sosialisasi yayasan sama seperti korporasi. Bahwa keberhasilan bekerja seseorang suatu kurun waktu tertentu akan menjadi nilai tambah dalam pribadi masing-masing. Dan dalam hal ini banyak orangtua yang tidak tahu kalau bekerja di yayasan juga ada potensi yang akan menunjang kariernya.
Salah satu yang juga menarik adalah pengertian, kebutuhan dan kesempatan pekerja sosial di Indonesia. Padahal menurut saya, pekerja sosial seharusnya menjadi demand yang sangat tinggi karena Indonesia masih banyak yang perlu di bantu. Karena kurangnya area pekerjaan tersebut, para lulusan pekerja sosial mengambil kesempatan ditempat lain. Karena itu, kita perlu lebih memahami cara sosialisasi ini.
Follow Berita Okezone di Google News