Share

UMB Gelar Sosialisasi Pencegahan Pornografi bagi Remaja di Rawa Buaya

Susi Fatimah, Okezone · Minggu 18 Februari 2018 18:07 WIB
https: img.okezone.com content 2018 02 18 65 1861163 umb-gelar-sosialisasi-pencegahan-pornografi-bagi-remaja-di-rawa-buaya-DsGO2mNF2t.jpg Foto: Dok UMB

JAKARTA - Maraknya informasi menimbulkan masalah sosial di masyarakat, salah satunya adalah pornografi. Keprihatinan muncul seiring dengan efek pornografi terhadap pengguna. Sebab pornografi memiliki efek samping negatif yang serius.

Menyadari akibat negatif yang ditimbulkan oleh pornografi, Pusat Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mercu Buana mengadakan sosialisasi penanggulangan dan pencegahan pornografi bagi remaja di Kelurahan Rawa Buaya, Jakarta Barat, baru-baru ini.

Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, peserta selain diberikan ceramah terkait pencegahan dan penanggulangan kecanduan pornografi juga dilakukan asesmen kecanduan pornografi.

Kepala Pusat Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mercu Buana Dr. Inge Hutagalung, M.Si menjelaskan, pornografi mengakibatkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada pre frontal corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi dan otak logika). Akibatnya bagian otak yang bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat karena hiperstimulasi tanpa filter (otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi).

"Rusaknya otak akan mengakibatkan korban akan mudah mengalami bosan, merasa sendiri, marah, tertekan dan lelah. Selain itu, dampak yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar, serta berkurangnya kemampuan pengambilan keputusan," ujar Inge dalam siaran pers yang diterima Okezone, Minggu (18/2/2018).

Selain itu, pornografi berimbas pula pada semakin mendekatnya remaja pada kehidupan ”serba boleh” (permisif) dalam urusan seks. Peristiwa dalam tayangan ataupun bacaan dapat memotivasi dan merangsang kaum remaja di Indonesia untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihat maupun dibaca, tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma dalam lingkungan masyakarat.

Lebih lanjut, meningkatnya jumlah remaja yang berperilaku seksualaktif, juga akan meningkatkan kasus kehamilan tidak dikehendaki (KTD), dan tindakan aborsi yang kerap dianggap sebagai sebuah solusi permasalahan KTD.

"Tindakan aborsi sangat berisiko tinggi terhadap kesehatan reproduksi. Komplikasi yang dialami dari aborsi dapat menyebabkan pendarahan hebat, infeksi dan keracunan dari bahan yang digunakan untuk pengguguran kandungan, kanker serviks, kerusakan pada alat kemaluan serta kerusakan permanen pada organ reproduksi yang lebih jauh dapat mengakibatkan infertilitas atau bahkan kematian," paparnya.