JAKARTA - Selama ini, perajin gula kelapa setidaknya membutuhkan waktu sekira enam jam untuk proses pemasakan. Mereka menggunakan sebuah tungku untuk proses tersebut.
Sayangnya, tungku-tungku yang jamak digunakan tersebut memiliki waktu pembakaran yang sangat lama dan tidak ada saluran asap keluar sehingga berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, sekelompok mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berinisiatif merancang teknologi tungku hemat energi.
Tim yang terdiri dari M Imaduddin S, Raras Restu P, Vivi Santoso, Endra Nugraha, dan Rifki Krisna W itu bahkan berhasil meraih Program Hibah Bina Desa dari Dikti dan akan mengaplikasikannya untuk Desa Candinata, Kutasari, Purbalingga.
"Awal mula saya melihat bahwa tungku yang selama ini dipakai kurang efisien. Saluran asapnya juga tidak ada sehingga asap tidak keluar dan dapat menimbulkan sesak," ucapnya dilansir dari laman Unsoed, Senin (6/6/2016).
Endra dan tim kemudian merancang tungku hemat energi. Dengan terus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing, akhirnya mereka berhasil membuat tungku hemat energi bagi perajin gula kelapa. Tungku hemat energi tersebut mampu meningkatkan efisiensi produksi gula kelapa dari waktu pemasakan enam jam menjadi 2,5 sampai tiga jam saja untuk 70 liter nira.
"Sejak Agustus, kami melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai tungku ini, setelah itu kami membuat percontohannya di demplot warga yang bersedia," terangnya.
Pada tahap sosialisasi, Endra menemukan kesepahaman dengan para perajin gula yang juga menginginkan efesiensi dalam produksi. Sedangkan kelebihan tungku hemat energi tersebut dibandingkan dengan tungku yang biasa dipakai, yaitu lebih efisien, sehat, dan hemat energi. Tungku ini juga dirancang dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan menambahkan pipa untuk asap.
"Dengan sirkulasi panas dan pembuangan yang tepat tungku ini tidak hanya efektif tapi juga lebih sehat," imbuhnya. (ira)
(rfa)