JAKARTA - Test of English as a Foreign Language (TOEFL) merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang. Skor dari tes ini digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti pengajuan beasiswa, penerimaan karyawan, dan pertukaran pelajar.
Direktur Indonesian International Education Foundation (IIEF), Diana Kartika Jahja mengungkapkan, pentingnya TOEFL belum dibarengi dengan kesadaran orang Indonesia, terutama pelajar terhadap tes tersebut. Hal itu dibuktikan dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menyiapkan TOEFL.
"Paling parah belajar TOEFL dengan sistem kebut semalam (SKS). Tes ini mengukur kemampuan bahasa Inggris secara komprehensif, jadi tidak bisa instan. Bahkan banyak juga yang menganggap belum butuh TOEFL," tuturnya kepada Okezone di Jakarta, baru-baru ini.
Kebiasaan buruk orang Indonesia, terang dia, adalah belajar untuk sebuah tes. Padahal, tes itu ditujukan untuk mengevaluasi yang sudah dipelajari. Hal tersebut juga berlaku untuk TOEFL.
"Jadi jangan dibalik-balik cara pandangnya. TOEFL itu berlaku secara internasional. Persyaratan beasiswa, kerja, pertukaran pelajar, sekarang memakai skor ini. Untuk itu, harus dipersiapkan dengan baik," jelasnya.
Diana mengimbau, sebelum melakukan tes TOEFL, seseorang harus jeli melihat lembaga yang mengadakannya. Jangan sampai hasilnya nanti abal-abal dan tidak diakui oleh berbagai institusi. Adapun salah satu tes yang dianjurkan untuk diikuti adalah TOEFL Institutional Testing Program (ITP).
"Jangan menunggu ada kesempatan beasiswa baru bingung cari tes TOEFL, apalagi kalau deadline sudah dekat. Cari dulu bekal skor TOEFL, kemudian lakukan perbaikan jika skor masih kurang memuaskan. Kalau sudah punya skor TOEFL, nanti kalau ada kesempatan tinggal mendaftar, dan itu akan memberikan banyak peluang berharga," tukasnya. (ira)
(rfa)