DILEMA antara menjadi pekerja paruh waktu alias freelance, atau menjadi pekerja penuh waktu alias full-time, kerap menjadi perbincangan yang hangat di antara para pekerja.
Mereka yang memilih menjadi freelancer mungkin berpikir bahwa para pekerja full-time membuang waktu mereka dengan mendedikasikan seluruh waktunya di satu perusahaan saja.
Namun di sisi lain, para pekerja full-time juga mungkin mengatakan bahwa para freelancer adalah sekumpulan orang-orang yang tidak bisa berkomitmen sehingga mereka memilih untuk menjadi seorang yang "bebas".
Bekerja sebagai seorang freelancer atau full-timer sebenarnya masing-masing memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Mana yang paling menguntungkan, silakan Anda tentukan sendiri.
1. Memperkaya Portofolio
Menjadi seorang freelancer jelas akan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk memperkaya portofolio Anda. Terlebih jika Anda bergerak di bidang yang mengutamakan pengalaman di berbagai proyek pekerjaan yang berbeda-beda. Semakin banyak pekerjaan freelance maka semakin lengkap dan menarik juga CV Anda. Hal ini juga akan menjadi poin yang menarik bagi perusahaan yang mencari pekerja freelance.
Namun jangan senang dulu, itu semua akan terjadi hanya jika ada pihak yang memberikan pekerjaan. Jika Anda memilih bekerja sebagai freelancer namun jarang mendapatkan orderan pekerjaan, yang ada CV Anda malah akan terllihat sangat kosong dan tidak menarik. Sementara itu, seorang pekerja full-time walaupun jarang terlibat di pekerjaan yang berbeda-beda, namun portofolio dan CV-nya akan tetap terisi dengan baik.
2. Fleksibiltas Waktu
Waktu adalah hal yang membuat para pekerja freelance memilih bekerja freelance. Ini terjadi karena pekerja freelance biasanya lebih leluasa dalam menentukan sendiri waktu bekerja, dan tidak terikat jam kerja kantoran pukul 9 pagi hingga 6 sore. Namun siapa yang bisa menjamin bahwa waktu bekerjanya akan lebih sedikit?
Ada freelancer yang hanya bekerja 3 sampai 4 jam sehari, tetapi ada juga freelancer yang bekerja lebih dari 12 jam setiap harinya, meskipun dari rumah dan bisa menentukan sendiri kapan waktu beristirahat. Anda yang menyukai sesuatu yang teratur pastinya akan terganggu dengan ketidak pastian waktu bekerja sebagai freelancer ini.
3. Tekanan dari Atasan
Jika ditanyakan kepada para pekerja full-time mengenai kendala yang mereka miliki di kantor, jawaban bahwa mereka merasa bekerja di bawah tekanan atasan pasti akan muncul. Belum lagi jika divisi tempat Anda bekerja adalah bagian yang berpacu dengan target tertentu seperti divisi Sales, misalnya.
Dengan menjadi freelancer, Anda memang bisa meminimalisir faktor tekanan dari atasan ini. Hanya saja ketiadaan seorang atasan biasanya akan membuat tidak ada pihak mana pun yang akan memotivasi saat rasa malas menyerang. Deadline yang menjadi momok para pekerja freelance dan full-time akan lebih mudah dihadapi oleh para pekerja full-time karena Anda memiliki seseorang yang “mengawasi” Anda secara langsung.
4. Angka Penghasilan yang Bervariasi
Tidak dapat dihindari kenyataan bahwa para pekerja full-time selalu menerima gaji yang tetap setiap bulannya, sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang dibuat dengan perusahaan tempat Anda bekerja. Berbeda dengan para freelance, mereka memang bebas menentukan harga yang berbeda-beda di setiap pekerjaan yang mereka dapatkan. Namun, penghasilan mereka tergantung kepada jenis dan jumlah order pekerjaan yang diterima.Â
Ada kalanya para freelancers menerima setumpuk bayaran sekaligus, namun di bulan-bulan sepi order bisa jadi jumlah penghasilan mendekati nol. Bagi Anda yang ingin memiliki kepastian jumlah uang yang masuk ke rekening Anda setiap bulannya, maka menjadi freelance rasanya bukanlah pilihan yang baik.
Berdasarkan penjabaran di atas kira-kira mana yang lebih cocok dengan kepribadian Anda? Freelance atau full-time?
Follow Berita Okezone di Google News
(rtw)